[Movie] Hearts On Fire

second-chancescredit

Hearts on fire atau saya harus menyebutnya Second Chances (?), karena saya sejujurnya bingung dengan judul film ini. Film yang tayang di pertengahan 2013 di Hallmark Channel Original Movies ini  diberi judul Second Chances (Pevious tittle adalah Two In). Tapi, di Lifetime Channel, filmnya berjudul Hearts On Fire.

Jalan ceritanya sama persis. Pemain utamanya pun sama, yaitu Alison Sweeney dan Greg Vaughan. Saya gak mencari tau lebih lanjut, kenapa judul filmnya bisa berbeda, karena yang penting adalah saya suka dengan filmnya. Titik! 🙂

Hearts on fire menceritakan tentang Jenny McLean (Alison Sweeney), seorang single mom, bekerja sebagai operator 911. Jenny memiliki sepasang anak, yaitu Elsie (8 tahun) dan Luke (6 tahun).

Sebagai operator 911, Jenny sering berhubungan dengan banyak orang melalui telpon. Salah satunya adalah seorang petugas pemadam kebakaran yang bernama Jeff. Awalnya, mereka tidak mengetahui nama asli masing-masing. Jenny memanggil ‘Cowboy’ untuk Jeff. Dan, Jeff memanggil Jenny itu ’23’. Mereka pun suka saling menggoda melalui telpon.

Ketika Jeff mengalami kecelakaan saat melakukan tugas, Jenny spontan datang menjenguknya sambil membawakan kue. Di situlah pertama kali mereka bertemu secara langsung. Jenny pun memberi nomor telpon melalui kertas yang bertuliskan iklan penyewaan kamar.

Jenny yang saat itu sedang kesulitan keuangan karena ada pemotongan anggaran dari kantornya, berniat untuk menyewakan salah satu kamar di rumahnya untuk mendapatkan uang tambahan. Jeff yang selama masa penyembuhan oleh dokter dilarang keras untuk naik tangga dan memanjat, terpaksa harus mencari tempat tinggal baru karena selama ini dia tinggal di lantai 3.

Jeff pun berniat untuk tinggal di rumah Jenny. Awalnya, Jenny merasa canggung. Tapi, kedua anaknya, yang menjadi penentu siapa yang boleh dan tidak menyewa kamar tersebut, langsung menyukai Jeff sejak  pertama kali bertemu.

Ketika Jenny dan Jeff belum pernah saling bertemu, hanya flirting melalui telpon, tidak ada satupun kata romantis menggoda yang gimaanaaaa gituuu.. Sebetulnya, mereka saling berkomunikasi setiap kali ada insiden. Tapi, ya, namanya kalau diem-diem udah saling suka, cuma denger suaranya aja pasti udah bisa bikin kita senyum-senyum, kan. 🙂

Setelah Jeff tinggal di rumah Jenny pun gak ada yang namanya adegan romantis seperti umumnya film percintaan. Jeff berhasil mendekati anak-anak Jenny tanpa kesan terlihat memaksa. Misalnya, menemani mereka main di halaman rumah, walopun Jeff cuma bisa sambil duduk sementara anak-anak berlarian.

Di saat Elsie, putri Jenny, sempat menolak untuk datang ke acara ulang tahun sahabatnya, Natalie, karena takut kakak Natalie akan mengganggu acara dengan mengeluarkan ular peliharaannya, Jenny pun mengizinkan Elsie untuk tidak datang. Tapi, Jeff berhasil meyakinkan Elsie untuk berani datang dengan memberi “kode-kode rahasia”.

Luke yang mendapat tugas menulis salah satu tokoh terkenal, merasa bosan kalau harus menulis tokoh terkenal yang mainstream, seperti presiden, bunda Theressa, dan beberapa tokoh lainnya. Menurutnya, terlalu biasa dna membosankan, semua orang kalau disuruh menulis tentang tokoh terkenal pasti yang ditulis tokohnya itu-itu aja. Jenny memaksa dengan alasan yang penting tugas selesai. Tapi, Jeff memberi setuju dengan Luke dan menawarkan Harry Houdini untuk ditulis. Luke pun semangat bahkan dia mendapat penialain sangat bagus dari sekolah.

Jeff dan Jenny sebetulnya mempunyai rasa trauma yang mirip-mirip. Rasa kehilangan seseorang yang amat sangat. Suami Jenny meninggalkannya begitu saja saat Elsie berusia 5 tahun dan Luke 3 tahun. Hal itu menimbulkan trauma termasuk untuk anak-anak, dan khususnya Luke yang sangat kehilangan sosok ayah. Sedangkan, Jeff yang ayahnya adalah seorang pemadam kebakaran, tewas saat Jeff berusia 10 tahun.

Seperti yang saya tulis di atas, peran kakak-beradik, Elsie dan Luke juga menggemaskan. Mereka khawatir dengan kesulitan keuangan ibunya dan memutuskan untuk mencari uang secara diam-diam. Dialog-dialog segar khas anak-anak tentang pekerjaan apa yang pas buat mereka, membuat saya senyum-senyum.

Mereka akhirnya memutuskan menjadi pembaca buku cerita di salah satu panti jompo. Awalnya, Luke menolak usul itu. Katanya, kenapa gak setel CD aja? Padahal alasan sebenarnya adalah Luke merasa belum lancar membaca hehehe.

Elsie pun bertanya ke adiknya, “Ketika kamu mesih kecil. Kamu lebih suka mendengar cerita dengan cara didongegin atau distelkan CD?” Luke lantas bilang kalau dia lebih suka didongengin. Jadi, dia pun setuju dengan saran kakaknya.

Mereka diam-diam membuat brosur sederhana. Trus, Elsie bilang kalau harus ada kata profesional di depan kata pembaca buku. Biar terkesan profesional hihihi. Malah, Elsie memutuskan untuk menulis cerita sendiri untuk dibacakan daripada membacakan buku yang sudah ada.

Para lansia pun suka sekali dibacakan cerita oleh mereka. Dengan suka rela membayar ke Elsie dan Luke. Ada bagian dimana di awal, Luke terlihat terbata-bata membacanya, dan kemudian dia menyerah. Dia pun bilang gak usah dibayar karena gak mampu membacakan cerita.

Seorang kakek yang sedang mendengarkan cerita Luke pun memberi saran kalau membaca itu sebaiknya pelan-pelan. Luke merasa kalau membaca pelan-pelan akan membuat pendengar bosan. Setelah dijelaskan kalau membaca dengan pelan justru gak akan bikin bosan, Luke pun mau membaca kembali. Lama-lama dia pun lancar membaca.

Ketika hubungan semakin dekat, gak seru, dong, kalau gak ada konfliknya. Saat Jenny sedang bertugas, dia dihubungi kalau sedang terjadi pengejaran antara pencuri kendaraan dengan polisi. Sebagai operator 911, dia harus terus berkomunikasi dengan petugas polisi. Yang kemudian salah satu petugas tersebut tabrakan dan tewas.

Kejadian tersebut bikin Jenny terkejut. Dia jadi berpikir, mempunyai pasangan dengan pekerjaan yang beresiko tinggi itu menakutkan. Dia gak ingin, seandainya ketika sudah bersama dengan Jeff, akan mendengar kabar kalau Jeff tewas. Dia gak ingin dirinya dan anak-anak trauma kedua kalinya.

“Pertama, aku sangat mengerti ketakutanmu. Tapi, yang gak bisa aku mengerti adalah… kenapa kamu membiarkan hidup dengan pikiran ‘seandainya’?” kata Jeff ketika Jenny meminta putus

Hearts on fire, ceritanya sederhana banget sebetulnya. Kisah cinta romantis tapi tanpa terlihat nafsu yang meletup-letup. Bahkan bisa juga dibilang kisah keluarga. Beberapa kali dialog tentang keluarga, terutama percakapan antara 2 kakak-beradik, Elsie dan Luke, bikin saya gemas. Kekuatan film ini ada di dialognya yang sederhana, tapi mengena bagi saya.

Diantara beberapa dialog yang saya suka adalah tentang pikiran ‘seandainya’ itu. Mak jleb! Mungkin, karena saya kadang suka begitu kali, ya. Jadi berasa juga hahaha.

Endingnya udah bisa ditebak juga, sih. Happy ennding alias jadian. Tapi, cara Jeff menyelesaikan keraguan Jeany dengan pikiran ‘seandainya’ itu. Yang namanya perempuan mikirnya suka pake perasaan, sedangkan laki-laki lebih ke logika (katanya, sih, begitu). Nah, Jeff ini bisa menyelesaikan dengan cara ‘karena wanita ingin dimengerti” hehehe.

Pokoknya, saya suka sama film ini. Makanya, reviewnya juga lumayan panjang hahaha. Dan, gara-gara film ini juga kepala saya sakit. Abis 2x kali nonton berturut-turut. Baru tidur pukul 02.30 dinihari, pagi-pagi udah harus bangun. Tapi, kalau nonton lagi, saya juga gak keberatan, kok 😀

Leave a comment